Sudah bukan hal yang aneh bila wanita dikenal dengan kebiasaan impulsive buying-nya, dimana ia akan berbelanja bukan karena kebutuhan, melainkan keinginan. Dan, hal tersebut dilakukan tanpa perencanaan. Ketika sedang lewat toko sepatu, dan melihat sepatu yang lucu, mendadak saja kita masuk, mencobanya, lalu keluar sambil menenteng kantong belanjaan.
Menurut Tahira K. Hira, seorang profesor ilmu keluarga dan konsumen dari Iowa State University, impulsive buyer biasanya kurang memiliki kontrol diri dalam melihat barang-barang yang bagus, dan kurang memiliki prioritas yang jelas dalam berbelanja. Kebanyakan dari mereka memiliki sindrom “Saya menginginkan barang itu sekarang”, yang membuatnya tak mampu menunda keinginan berbelanja, membeli barang-barang melebihi pendapatannya, mengakibatkan hutang tambahan yang tidak perlu, dan berbagai pertengkaran dalam keluarga.
Setiap orang bisa mengetahui apakah termasuk impulsive spender dengan melihat gejalanya di bawah ini:
1. Berbelanja sebagai pelampiasan perasaan kecewa atau depresi.
2. Memiliki masalah pribadi dan keluarga akibat cara berbelanja yang berlebihan.
3. Sering bertengkar dengan orang lain karena kebiasaan belanjanya.
4. Merasa tidak lengkap iika tidak membawa kartu kredit.
5. Membeli barang-barang secara kredit jika tidak mampu membeli secara tunai.
6. Sadar bahwa menghabiskan uang dirasakan sebagai perbuatan yang ceroboh dan dilarang.
7. Merasa bersalah, malu, atau kebingungan setelah berbelanja.
8. Berbohong kepada yang lain, khususnya pasangan, tentang apa yang dibeli dan berapa banyak uang yang sudah dibelanjakan.
9. Sering mencari akal-akalan antara tabungan dan tagihan untuk memenuhi keinginan berbelanja.
10. Merasa tidak berdaya untuk mengatasi dorongan untuk berbelanja.
Bila mengalami beberapa poin saja dari ke-10 hal di atas, sebaiknya mulai berhati-hati, agar kebiasaan ini tidak berlarut-larut dan sulit “disembuhkan”. Yang paling baik adalah jika kita menyadari kebiasaan buruk ini, dan bersedia berusaha menghentikannya.
Tips mengerem nafsu belanja:
1. Jika merasakan dorongan yang kuat untuk membeli sebuah barang yang tidak masuk dalam daftar belanja, segera tinggalkan toko tersebut.
2. sudah mencoba-coba sebuah atasan yang bagus sekali, dan menyerahkannya kepada kasir? Segeralah beringsut keluar dari toko tanpa menebus barang tersebut.
3. Ambillah uang secukupnya untuk hidup selama seminggu, lalu tinggalkan kartu ATM dan kartu kredit di rumah. Bila perlu, titipkan saja kartu-kartu ”sakti” kepada suami.
4. Hindari pergi ke mall, bahkan minimarket, jika memang tidak berniat untuk membeli sesuatu barang.
5. Jika sedang stres, jangan mencari pelampiasan dengan mengunjungi mall. Pergi saja ke tempat pijat atau spa, yang tidak terletak di dalam mal. Dengan demikian, akan merasakan rileks tanpa harus menemukan sesuatu untuk dibeli.
6. Cari teman dekat yang mampu memperingatkan untuk tidak menuruti keinginan untuk membeli barang setiap kali pergi ke mall.
Ayoooo biar gak koncret dan bangkrut kantong kita..........jalanin aja tips ini
Menurut Tahira K. Hira, seorang profesor ilmu keluarga dan konsumen dari Iowa State University, impulsive buyer biasanya kurang memiliki kontrol diri dalam melihat barang-barang yang bagus, dan kurang memiliki prioritas yang jelas dalam berbelanja. Kebanyakan dari mereka memiliki sindrom “Saya menginginkan barang itu sekarang”, yang membuatnya tak mampu menunda keinginan berbelanja, membeli barang-barang melebihi pendapatannya, mengakibatkan hutang tambahan yang tidak perlu, dan berbagai pertengkaran dalam keluarga.
Setiap orang bisa mengetahui apakah termasuk impulsive spender dengan melihat gejalanya di bawah ini:
1. Berbelanja sebagai pelampiasan perasaan kecewa atau depresi.
2. Memiliki masalah pribadi dan keluarga akibat cara berbelanja yang berlebihan.
3. Sering bertengkar dengan orang lain karena kebiasaan belanjanya.
4. Merasa tidak lengkap iika tidak membawa kartu kredit.
5. Membeli barang-barang secara kredit jika tidak mampu membeli secara tunai.
6. Sadar bahwa menghabiskan uang dirasakan sebagai perbuatan yang ceroboh dan dilarang.
7. Merasa bersalah, malu, atau kebingungan setelah berbelanja.
8. Berbohong kepada yang lain, khususnya pasangan, tentang apa yang dibeli dan berapa banyak uang yang sudah dibelanjakan.
9. Sering mencari akal-akalan antara tabungan dan tagihan untuk memenuhi keinginan berbelanja.
10. Merasa tidak berdaya untuk mengatasi dorongan untuk berbelanja.
Bila mengalami beberapa poin saja dari ke-10 hal di atas, sebaiknya mulai berhati-hati, agar kebiasaan ini tidak berlarut-larut dan sulit “disembuhkan”. Yang paling baik adalah jika kita menyadari kebiasaan buruk ini, dan bersedia berusaha menghentikannya.
Tips mengerem nafsu belanja:
1. Jika merasakan dorongan yang kuat untuk membeli sebuah barang yang tidak masuk dalam daftar belanja, segera tinggalkan toko tersebut.
2. sudah mencoba-coba sebuah atasan yang bagus sekali, dan menyerahkannya kepada kasir? Segeralah beringsut keluar dari toko tanpa menebus barang tersebut.
3. Ambillah uang secukupnya untuk hidup selama seminggu, lalu tinggalkan kartu ATM dan kartu kredit di rumah. Bila perlu, titipkan saja kartu-kartu ”sakti” kepada suami.
4. Hindari pergi ke mall, bahkan minimarket, jika memang tidak berniat untuk membeli sesuatu barang.
5. Jika sedang stres, jangan mencari pelampiasan dengan mengunjungi mall. Pergi saja ke tempat pijat atau spa, yang tidak terletak di dalam mal. Dengan demikian, akan merasakan rileks tanpa harus menemukan sesuatu untuk dibeli.
6. Cari teman dekat yang mampu memperingatkan untuk tidak menuruti keinginan untuk membeli barang setiap kali pergi ke mall.
Ayoooo biar gak koncret dan bangkrut kantong kita..........jalanin aja tips ini
No comments:
Post a Comment